Aku menginap di kantor malam ini. Malam-malam khusyu pertengahan Ramadhan, mendekati bulan November. Ngutak-ngatik assessmentnya BORAS dan READING UNIVERSITY dengan semangat hati walau mata tak mampu kompromi.
Aku kumandangkan kejujuran kepada Bunda tanggal 20 kemaren karena aku sudah memetakan segala resiko yang mungkin lahir. Tak kan lelah aku menanti perubahan dan tak akan hilang cintaku ini meski harapanku tak kembali. Aku selalu siap berpaling dari taman mimpi.
Tapi ternyata TUHAN berkeinginan lain, aku dicoba NYA merasakan kebahagian dunia. Terima kasih atas segala kasih Bunda, aku mohon ampun kepada TUHAN.
Hubungan ku dgn Rie seperti keindahan huruf-huruf TUHAN, meski ada pasang surutnya. Tetapi satu hal pasti yg pernah tidak berubah di masa sesulit apapun, aku selalu merindukan dia dan memujanya. Sebentar lagi kita akan tinggal bareng, dia akan ke Balikpapan sini. Pasti banyak mimpi indah di siang hari yg akan ku jalani, cuma 1 mimpi buruk yg ku harap tidak datang mengetuk pintu kebahagianku. Aku takut dia gak bisa ngerti kehidupan ku, yg nota bene agak-agak “nyeleneh”.
Aku selalu siap berpaling dari taman mimpi. Maafkan jika kau ku sayangi. Sampai kapanpun selalu ada 2 tanganku yang siap memelukmu berbagi detak jantung, karena kau telah tinggalkan hati yang terdalam, hingga tiada cinta yang tersisa di jiwa.
Saturday, October 30, 2004
Friday, October 22, 2004
Jejak di Hati
Dari ruang sejuk di Lab Komputer Teknik Kimia UGM, di papan white board, Claes I Helgesson menulis nama Shumacher, lalu dia bilang, orang inilah yang beratus tahun lalu mempopulerkan istilah kalimat: Small is Beautifull. Ini menarik, karena aku baru tahu sejarahnya.
Small is Beautifull bisa diharfiahkan Sederhana itu Indah.
181004 lalu sungguh hari yang berkesan, tidak sekedar pencerahan, atau menghormati waktu yang telah lewat kemudian meninggalkan jejak-jejak di hati. Yang kurasakan suatu perjalanan bathin yang sangat sederhana dan hasilnya betul indah. Betul-betul sederhana, suci sampai kurasakan bertambahnya setiap inchi lapisan keimanan. Aku bertambah yakin, Sang Sutradara Zat: "ALLAH" bisa dengan mudah membuat sesuatu menjadi "jadi" dan sesuatu menjadi "tidak jadi".
Malam itu, bagian dari malam bulan Ramadhan, aku menikahi bathin dan raganya, menciumi keningnya beribu kali. Beberapa pasang mata menjadi saksi, melihat, berdoa bersama dan berbagi khusyu.
Banjir air mataku tak tertahan melihat jejak hati. Aku mengamini: sederhana itu betul-betul indah.
Small is Beautifull bisa diharfiahkan Sederhana itu Indah.
181004 lalu sungguh hari yang berkesan, tidak sekedar pencerahan, atau menghormati waktu yang telah lewat kemudian meninggalkan jejak-jejak di hati. Yang kurasakan suatu perjalanan bathin yang sangat sederhana dan hasilnya betul indah. Betul-betul sederhana, suci sampai kurasakan bertambahnya setiap inchi lapisan keimanan. Aku bertambah yakin, Sang Sutradara Zat: "ALLAH" bisa dengan mudah membuat sesuatu menjadi "jadi" dan sesuatu menjadi "tidak jadi".
Malam itu, bagian dari malam bulan Ramadhan, aku menikahi bathin dan raganya, menciumi keningnya beribu kali. Beberapa pasang mata menjadi saksi, melihat, berdoa bersama dan berbagi khusyu.
Banjir air mataku tak tertahan melihat jejak hati. Aku mengamini: sederhana itu betul-betul indah.
Melati Tertunda Di Taman
Dari lubang kecil dalam ruang waktu, aku melihat ada bunga melati
Tergeletak di antara bunga dan daun di taman
Ku ingin melihat jauh jelas warnanya, namun lacur, lubang kecil itu benar-benar menghalangi
Ku ingin sekali menyentuhnya, namun tembok kayu besar benar-benar mengangkangi
Mengapa ada benar-benar?
Tergeletak di antara bunga dan daun di taman
Aku berada di dimensi terpisah, lalu mengapa mesti terpisah?
Aku berkutat dengan harapan, lalu mengapa mesti harapan?
Hari ini 131004 benar-benar
Tergeletak di antara bunga dan daun di taman
Tidak ada yang jauh terpisah karena satu
Tidak ada yang sewangi keikhlasan karena bahagia
Dari lubang kecil dalam ruang waktu, aku melihat ada bunga melati
Bukan fatamorgana, yang menggoda
Bukan jadi atau tidak jadi, yang mencibir
Kuingin sekali menyentuhnya, menjaganya menjadi ukiran indah dalam dimensi
("Shines like a flower on a hiltop" - Ardian luv Rie)
Tergeletak di antara bunga dan daun di taman
Ku ingin melihat jauh jelas warnanya, namun lacur, lubang kecil itu benar-benar menghalangi
Ku ingin sekali menyentuhnya, namun tembok kayu besar benar-benar mengangkangi
Mengapa ada benar-benar?
Tergeletak di antara bunga dan daun di taman
Aku berada di dimensi terpisah, lalu mengapa mesti terpisah?
Aku berkutat dengan harapan, lalu mengapa mesti harapan?
Hari ini 131004 benar-benar
Tergeletak di antara bunga dan daun di taman
Tidak ada yang jauh terpisah karena satu
Tidak ada yang sewangi keikhlasan karena bahagia
Dari lubang kecil dalam ruang waktu, aku melihat ada bunga melati
Bukan fatamorgana, yang menggoda
Bukan jadi atau tidak jadi, yang mencibir
Kuingin sekali menyentuhnya, menjaganya menjadi ukiran indah dalam dimensi
("Shines like a flower on a hiltop" - Ardian luv Rie)
Saturday, October 16, 2004
131004
Kira-kira apa rasanya ketika kita menyentuh mata air di sahara setelah puluhan hari lewat berjalan dan semua persediaan air habis…dan hebatnya ketika tinggal menyentuhnya saja - kita baru menyadari kalau semua dalah fatamorgana ?
Kalau seorang Alanis Morissette bicara soal ironis ketika ada ribuat sendok dan yang ia butuhnya hanya sebuah pisau, separuh hatiku bicara ironis dengan semua fatamorgana tadi. Dan aku mencaci semuanya di dalam hati, dari mulai waktu, takdir, semuanya…
Saat itu semua persis badut yang datang padahal aku sama sekali tidak butuh dihibur…
Rasa khawatir berubah menjadi ketakutan yang mematikan nalarku sendiri, lalu menjadi rasa kecewa yang teramat sangat…
Tapi ketika aku mulai menangis, separuh hatiku lagi bicara kalau kita harus melihat sisi terbaik dari sebuah fatamorgana tadi….
Kenapa harus ada fatamorgana ?
Tanpa itu perjalanan panjang akan menjadi kering begitu saja karena harapan tidak pernah tumbuh dari sana. Walaupun detik itu mimpi kita menjadi kepingan bahkan menjadi berbutir…setidaknya kita sempat bermimpi daripada tidak sama sekali…
Dan ketika kita menemukan air yang sebetul-betulnya…semuanya menjadi lebih indah….
Konon…banyak orang bijak bilang..kalau kita baru bisa merasakan indahnya hujan ketika kita sudah cukup diterpa kemarau…
Dan yang terpenting dari semuanya adalah..rasa besar hati kita untuk tetap melakukan perjalanan dan tidak berhenti berharap satu hari kita pasti akan menemukan pelepas semua dahaga.
Karena aku tahu…memutuskan memulai perjalanan adalah keputusan yang luar biasa hebat…karena ada banyak orang yang hanya duduk diam dan hanya bisa berandai-andai kalau satu hari mereka akan memulai satu perjalanan baru untuk hidupnya…- Dan aku rasa jauh lebih baik memulai sesuatu ketimbang kita hanya duduk diam dan berandai-andai…
Jadi…aku berhenti menangisi semua fatamorgana tadi…
Rasanya kalau perjalanan bukanlah satu pencarian, aku rasa Nabi tidak akan pernah melakukan perjalanan "malam" karena ia tidak punya harapan kalau Tuhan itu betul ada...
itu "case" besar :)
dan case ku adalah tidak ingin berhenti berharap kalau Tuhan memberiku banyak sekali kebahagiaan, aku rasa Tuhan hanya membuat kebahagiaan itu sedikit mirip fatamorgana karena Tuhan mau aku belajar menghargai arti dari sebuah mimpi, harapan, usaha dan kerja keras...
Kalau seorang Alanis Morissette bicara soal ironis ketika ada ribuat sendok dan yang ia butuhnya hanya sebuah pisau, separuh hatiku bicara ironis dengan semua fatamorgana tadi. Dan aku mencaci semuanya di dalam hati, dari mulai waktu, takdir, semuanya…
Saat itu semua persis badut yang datang padahal aku sama sekali tidak butuh dihibur…
Rasa khawatir berubah menjadi ketakutan yang mematikan nalarku sendiri, lalu menjadi rasa kecewa yang teramat sangat…
Tapi ketika aku mulai menangis, separuh hatiku lagi bicara kalau kita harus melihat sisi terbaik dari sebuah fatamorgana tadi….
Kenapa harus ada fatamorgana ?
Tanpa itu perjalanan panjang akan menjadi kering begitu saja karena harapan tidak pernah tumbuh dari sana. Walaupun detik itu mimpi kita menjadi kepingan bahkan menjadi berbutir…setidaknya kita sempat bermimpi daripada tidak sama sekali…
Dan ketika kita menemukan air yang sebetul-betulnya…semuanya menjadi lebih indah….
Konon…banyak orang bijak bilang..kalau kita baru bisa merasakan indahnya hujan ketika kita sudah cukup diterpa kemarau…
Dan yang terpenting dari semuanya adalah..rasa besar hati kita untuk tetap melakukan perjalanan dan tidak berhenti berharap satu hari kita pasti akan menemukan pelepas semua dahaga.
Karena aku tahu…memutuskan memulai perjalanan adalah keputusan yang luar biasa hebat…karena ada banyak orang yang hanya duduk diam dan hanya bisa berandai-andai kalau satu hari mereka akan memulai satu perjalanan baru untuk hidupnya…- Dan aku rasa jauh lebih baik memulai sesuatu ketimbang kita hanya duduk diam dan berandai-andai…
Jadi…aku berhenti menangisi semua fatamorgana tadi…
Rasanya kalau perjalanan bukanlah satu pencarian, aku rasa Nabi tidak akan pernah melakukan perjalanan "malam" karena ia tidak punya harapan kalau Tuhan itu betul ada...
itu "case" besar :)
dan case ku adalah tidak ingin berhenti berharap kalau Tuhan memberiku banyak sekali kebahagiaan, aku rasa Tuhan hanya membuat kebahagiaan itu sedikit mirip fatamorgana karena Tuhan mau aku belajar menghargai arti dari sebuah mimpi, harapan, usaha dan kerja keras...
Saturday, October 09, 2004
A wish....
Ini bukan kasus terburu-buru karena semua jalan mendadak menjadi buntu.
Ini juga bukan masalah kuldesak yang memaksa aku harus memanjat dinding.
Aku rasa ini hanya masalah pilihan sulit dari yang sulit, karena tidak ada pilihan lain.
Aku tidak pernah percaya cinta, tidak pernah berusaha mencari celah atau mencoba mengartikan seperti seorang ahli taksonomi, membuat bagan-membuat inci per-inci arti dari kata per-kata, tidak pernah – bahkan tidak pernah tertarik. Tapi aku percaya satu saat Tuhan akan menitipkan satu bentuk rasa yang hanya bisa dipahami dengan hati – orang menyebutnya cinta – tapi aku menyebutnya anugerah.
Ketika umur menjadi semacam legalitas kita untuk berubah dewasa, rasanya aku perlu untuk memilih jalanku sendiri- kali ini saja. Tidak bermaksud menjadi anak yang durhaka, tidak bermaksud untuk melangkahi semuanya. Aku mungkin bukan anak yang pandai mengambil hati ibuku sendiri, ketika banyak sekali perdebatan yang aku temui, aku memilih menghindar, berdoa mencari waktu jeda berharap pada masa tenang, semoga satu hari Ibuku bisa mengerti kenapa aku menjadi sangat extrim.
Aku hanya ingin hubunganku dengan Tuhan menjadi lebih baik….
Dan bisa berdamai dengan hatiku sendiri…
Apakah salah ketika seorang manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik ?
Apakah untuk memulai satu niat baik harus perlu waktu bertahun-tahun ?
Ini bukan satu masa ketika kita harus memilih dan dipilih, bukan satu waktu untuk mebuat daftar baik atau buruk dan menghitung hasil untuk menimbang-nimbang apakah ini betul hal yang kita cari selama ini ?.
Aku sudah pernah lewati masa itu…
Orang bicara padaku kalau aku harus lebih berhati-hati lagi….
Aku bilang…tidak ada satu orangpun ingin gagal – tapi aku lebih tidak mau lagi menjadi orang yang takut gagal karena dari sana biasanya kita belajar akan banyak hal….
Mungkin pada sekian orang perlu waktu untuk mempelajari semuanya lagi dari awal…
Tapi untuk sebagian orang lainnya, mereka hanya perlu menjernihkan hati untuk dapat mendengar dimana sumber suara yang selama ini mereka cari…
Dan aku percaya…bukan waktu yang menjadi ukuran semuanya…tapi kerjernihan hati tadilah yang menentukan ukuran semuanya…
Awalnya aku menyangsikan semuanya karena aku tidak bisa menemukan satu jaminan pasti apakah ini jalan yang betul atau tidak. Tapi kembali lagi…ini bukan lagi masalah jaminan…
Ini masalah kepercayaan kita pada keyakinan terhadap apa yang sudah kita tetapkan.
Aku mohon…hanya bisa memohon semoga Tuhan memberikanku kekuatan untuk meyakinkan apa yang sudah aku tetapkan sebelumnya. Ini bukan doa..mungkin lebih dari sekedar doa….
Ini juga bukan masalah kuldesak yang memaksa aku harus memanjat dinding.
Aku rasa ini hanya masalah pilihan sulit dari yang sulit, karena tidak ada pilihan lain.
Aku tidak pernah percaya cinta, tidak pernah berusaha mencari celah atau mencoba mengartikan seperti seorang ahli taksonomi, membuat bagan-membuat inci per-inci arti dari kata per-kata, tidak pernah – bahkan tidak pernah tertarik. Tapi aku percaya satu saat Tuhan akan menitipkan satu bentuk rasa yang hanya bisa dipahami dengan hati – orang menyebutnya cinta – tapi aku menyebutnya anugerah.
Ketika umur menjadi semacam legalitas kita untuk berubah dewasa, rasanya aku perlu untuk memilih jalanku sendiri- kali ini saja. Tidak bermaksud menjadi anak yang durhaka, tidak bermaksud untuk melangkahi semuanya. Aku mungkin bukan anak yang pandai mengambil hati ibuku sendiri, ketika banyak sekali perdebatan yang aku temui, aku memilih menghindar, berdoa mencari waktu jeda berharap pada masa tenang, semoga satu hari Ibuku bisa mengerti kenapa aku menjadi sangat extrim.
Aku hanya ingin hubunganku dengan Tuhan menjadi lebih baik….
Dan bisa berdamai dengan hatiku sendiri…
Apakah salah ketika seorang manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik ?
Apakah untuk memulai satu niat baik harus perlu waktu bertahun-tahun ?
Ini bukan satu masa ketika kita harus memilih dan dipilih, bukan satu waktu untuk mebuat daftar baik atau buruk dan menghitung hasil untuk menimbang-nimbang apakah ini betul hal yang kita cari selama ini ?.
Aku sudah pernah lewati masa itu…
Orang bicara padaku kalau aku harus lebih berhati-hati lagi….
Aku bilang…tidak ada satu orangpun ingin gagal – tapi aku lebih tidak mau lagi menjadi orang yang takut gagal karena dari sana biasanya kita belajar akan banyak hal….
Mungkin pada sekian orang perlu waktu untuk mempelajari semuanya lagi dari awal…
Tapi untuk sebagian orang lainnya, mereka hanya perlu menjernihkan hati untuk dapat mendengar dimana sumber suara yang selama ini mereka cari…
Dan aku percaya…bukan waktu yang menjadi ukuran semuanya…tapi kerjernihan hati tadilah yang menentukan ukuran semuanya…
Awalnya aku menyangsikan semuanya karena aku tidak bisa menemukan satu jaminan pasti apakah ini jalan yang betul atau tidak. Tapi kembali lagi…ini bukan lagi masalah jaminan…
Ini masalah kepercayaan kita pada keyakinan terhadap apa yang sudah kita tetapkan.
Aku mohon…hanya bisa memohon semoga Tuhan memberikanku kekuatan untuk meyakinkan apa yang sudah aku tetapkan sebelumnya. Ini bukan doa..mungkin lebih dari sekedar doa….
Subscribe to:
Posts (Atom)